Ads - After Header

Apa itu Metode Suzuki untuk Belajar Biola?

Tri Agus Prasetyo

Metode Suzuki adalah kurikulum dan filosofi pengajaran musik yang diciptakan oleh Shinichi Suzuki, seorang pedagog dan penjual biola asal Jepang. Metode ini mengklaim dapat menciptakan lingkungan belajar musik yang sejajar dengan lingkungan bahasa untuk memperoleh bahasa ibu. Suzuki percaya bahwa lingkungan ini juga akan membantu menumbuhkan karakter yang baik di setiap siswa.

Latar Belakang Metode Suzuki

Metode Suzuki dikembangkan pada pertengahan abad ke-20 oleh Shinichi Suzuki, yang menyadari bahwa anak-anak dapat mempelajari bahasa ibu mereka dengan mudah, sedangkan orang dewasa menganggap bahkan dialek "sulit" untuk dipelajari tetapi diucapkan dengan mudah oleh anak-anak pada usia lima atau enam tahun. Dia berpikir bahwa jika anak-anak memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa ibu mereka, mereka mungkin memiliki kemampuan untuk menjadi mahir dalam bermain alat musik. Suzuki memutuskan untuk mengembangkan metode pengajaran setelah berbincang dengan Leonor Michaelis, yang merupakan Profesor Biokimia di Universitas Nagoya.

Suzuki memelopori gagasan bahwa anak-anak usia prasekolah dapat belajar bermain biola jika langkah-langkah pembelajarannya cukup kecil dan alat musiknya disesuaikan dengan ukuran tubuh mereka. Dia memodelkan metodenya, yang dia sebut "Pendidikan Bakat" (才能教育, sainō kyōiku), setelah teorinya tentang pemerolehan bahasa alami. Suzuki percaya bahwa setiap anak, jika diajarkan dengan benar, mampu mencapai tingkat prestasi musik yang tinggi. Dia juga menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan musik semacam itu adalah untuk membesarkan generasi anak-anak dengan "hati yang mulia" daripada menciptakan musisi terkenal.

Filosofi Metode Suzuki

Keyakinan utama Suzuki, berdasarkan teori pemerolehan bahasanya, adalah bahwa semua orang dapat (dan akan) belajar dari lingkungannya. Komponen-komponen penting dari metodenya berasal dari keinginan untuk menciptakan "lingkungan yang tepat" untuk belajar musik, yang dia juga percaya akan menumbuhkan karakter yang baik di setiap siswa. Komponen-komponen ini meliputi:

  • Jenuh dalam komunitas musik. Ini termasuk menghadiri konser musik klasik lokal, mengembangkan persahabatan dengan siswa musik lainnya, dan mendengarkan rekaman musisi profesional di rumah setiap hari, mulai sebelum lahir jika memungkinkan.
  • Menghindari secara sengaja tes atau audisi bakat musik untuk memulai studi musik.
  • Keterlibatan orang tua. Seperti ketika anak belajar berbicara, orang tua terlibat dalam pembelajaran musik anak mereka. Mereka menghadiri pelajaran bersama anak dan bertindak sebagai "guru rumah" selama seminggu. Salah satu orang tua sering belajar bermain sebelum anak, sehingga mereka memahami apa yang diharapkan dari anak. Orang tua bekerja sama dengan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
  • Memperluas makna ‘orang tua’ untuk mencakup pengasuh, wali, kakek-nenek, dll yang mendukung anak dalam proses belajar.
  • Awal yang dini. Tahun-tahun awal sangat penting untuk mengembangkan proses mental dan koordinasi otot. Mendengarkan musik harus dimulai sejak lahir; pelatihan formal dapat dimulai pada usia tiga atau empat tahun, tetapi tidak pernah terlambat untuk memulai.
  • Mendengarkan. Anak-anak belajar kata-kata setelah mendengarnya diucapkan ratusan kali oleh orang lain. Mendengarkan musik setiap hari sangat penting, terutama mendengarkan lagu-lagu dalam repertoar Suzuki sehingga anak mengenalnya dengan segera.
  • Pengulangan. Pengulangan yang konstan sangat penting dalam belajar bermain alat musik. Anak-anak tidak belajar kata atau lagu dan kemudian membuangnya. Mereka menambahkannya ke kosa kata atau repertoar mereka, secara bertahap menggunakannya dengan cara yang baru dan lebih canggih.
  • Dorongan. Seperti dengan bahasa, usaha anak untuk belajar alat musik harus disambut dengan pujian dan dorongan yang tulus. Setiap anak belajar dengan kecepatan mereka sendiri, membangun langkah-langkah kecil sehingga masing-masing dapat dikuasai. Anak-anak juga didorong untuk mendukung upaya satu sama lain, menumbuhkan sikap murah hati dan kerjasama.
  • Belajar dengan anak-anak lain. Selain pelajaran pribadi, anak-anak berpartisipasi dalam pelajaran kelompok dan penampilan reguler di mana mereka belajar dari dan termotivasi oleh satu sama lain.
  • Repertoar yang bergradasi. Anak-anak tidak berlatih latihan untuk belajar berbicara, tetapi menggunakan bahasa untuk tujuan alamiah komunikasi dan ekspresi diri. Lagu-lagu dalam repertoar Suzuki dirancang untuk menyajikan masalah teknis yang harus dipelajari dalam konteks musik daripada melalui latihan teknis yang kering.
  • Membaca tertunda. Anak-anak belajar membaca setelah kemampuan mereka untuk berbicara telah mapan. dengan cara yang sama, anak-anak harus mengembangkan kompetensi teknis dasar pada alat musik mereka sebelum diajarkan membaca musik.
BACA JUGA  Mengapa Harga Toyota Camry Bekas Begitu Terjangkau?

Sumber

: What is the Suzuki Method?
: About the Suzuki Method | Suzuki Association of the Americas

Also Read

Bagikan:

Avatar photo

Tri Agus Prasetyo

Tri Agus Prasetyo adalah seorang pehobi sepeda dan pecinta dunia otomotif yang memiliki perpaduan gaya unik. Melalui blognya, Tri berbagi inspirasi tentang gaya bersepdeda yang cocok untuk dikombinasikan dengan sepeda motor. Ia memberikan tips tentang cara tampil trendi dan tetap nyaman saat berkendara. Tri juga suka berbagi informasi tentang aksesori sepeda motor yang modis dan fungsional. Dengan kombinasi antara gaya dan kepraktisan, bahwa Triingin membantu pembaca mengekspresikan diri melalui gaya berkendara mereka.

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer