Peningkatan harga mobil dari tahun ke tahun adalah fenomena yang sering diperhatikan oleh konsumen di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tren ini:
Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam waktu tertentu. Inflasi mempengaruhi harga mobil karena dengan meningkatnya biaya hidup, biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja, juga meningkat.
Biaya Produksi
Mobil dirakit dari berbagai komponen, dan setiap komponen memiliki biaya produksi yang berbeda-beda. Kenaikan biaya salah satu komponen dapat mempengaruhi harga jual mobil. Kelangkaan chip atau semikonduktor yang terjadi sejak 2021 juga berdampak pada harga mobil baru yang semakin tinggi.
Pajak
Pemerintah Indonesia memberlakukan pajak seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang berkisar antara 0% – 125% dari harga mobil. Pajak lainnya termasuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN KB) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang perlu dibayarkan setiap tahunnya.
Permintaan Pasar
Permintaan pasar juga mempengaruhi harga mobil. Semakin tinggi permintaan, maka harga pun akan semakin tinggi. Popularitas dan permintaan atas mobil tertentu dapat menyebabkan harganya naik dari tahun ke tahun.
Merek Mobil
Beberapa merek mobil sering dianggap lebih ‘mahal’ dibandingkan merek lainnya. Faktor-faktor seperti kualitas, layanan after sales, dan ketersediaan aksesoris tambahan dapat menentukan harga mobil.
Jarak Tempuh dan Kondisi Mobil
Untuk mobil bekas, jarak tempuh yang rendah dan kondisi mobil yang baik dapat mempertahankan harga jual yang lebih tinggi.
Kesimpulannya, berbagai faktor seperti inflasi, biaya produksi, pajak, permintaan pasar, merek mobil, dan kondisi kendaraan berkontribusi terhadap peningkatan harga mobil setiap tahun. Konsumen harus mempertimbangkan faktor-faktor ini saat memutuskan untuk membeli mobil baru atau bekas.